·
Sejarah Media
Eosin Methylene Blue Agar
Media Eosin Methylene Blue Agar adalah hasil
modifikasi dari Levine M. (1918-1921) yang digunakan untuk diferensiasi Escherichia
coli dan Enterobacteria aerogenes, untuk identifikasi cepat dari Candida
albicans, dan untuk identifikasi Staphylococcus koagulase-positif.
Media yang sudah jadi dirumuskan secara spesifik oleh
APHA (American Public Health Association)
(1970-1992). Media ini dibuat dan dirumuskan dengan tujuan untuk mendeteksi dan
membedakan mikroorganisme dari kelompok bakteri coliform.
Weld Julia (1951-1953) mengusulkan penggunaan
media Levine Eosin methylene blue agar, dengan menambahkan chlortetracycline
hydrochloride untuk identifikasi cepat Candida albicans untuk
spesimen klinis. Dengan metode ini identifikasi positif Candida
albicans dapat dilakukan setelah 24 sampai 48 jam inkubasi pada 37 ° C
dalam 10% karbon dioksida dari feses, sekresi oral dan vaginal, dan kuku atau
kerokan kulit. Vogel dan Moses mengkonfirmasi keunggulan
metode Weld untuk identifikasi yang relatif cepat untuk spesies Candida
albicans dalam dahak. Mereka menemukan bahwa penggunaan Eosin methylene
blue agar hanya dapat digunakan untuk metode yang lebih konvensional
untuk identifikasi Candida albicans dalam dahak. Selain itu, dengan
penambahan chlortetracycline hydrochloride media menyediakan
sarana untuk identifikasi beberapa jenis bakteri Gram-negatif. Doupagne
juga meneliti penggunaan media Levine dalam kondisi tropis.
Haley dan Stonerod menemukan bahwa metode Weld
adalah variabel sehingga Walker dan Huppert 14 menganjurkan penggunaan agar
tepung jagung dan tes fermentasi cepat di samping media Levine. Dengan
menggunakan teknik cepat gabungan mereka mampu mendapatkan hasil dalam waktu 48
sampai 72 jam.
Setelah temuan Vogel dan Moses, Menolasino dan
kawan-kawan menggunakan media Levine Eosin methylene blue agar
untuk identifikasi Staphylococcus koagulase-positif yang tumbuh dengan
warna yang khas, dengan koloni titik yang tersebar. Media Levine lebih efisien
jika dibandingkan dengan media Tellurite Glisin Agar dan menunjukkan
korelasi yang baik dengan tes koagulase plasma. (Thermo Fisher Scientific,
2013)
- Karakteristik Media Eosin Methylene Blue Agar
Media EMB Agar agar yang memiliki
karakteristik sebagai berikut :
· Berdasarkan sifat fisiknya media EMB Agar merupakan
media padat atau solid karena mengandung agar sekitar 15g /liter sehingga
setelah dingin media akan menjadi padat.
· Berdasarkan kandungan bahannya media EMB Agar
merupakan media sintetis karena komposisinya tersusun dari bahan-bahan kimia
yang telah diketahui komposisinya secara pasti.
· Berdasarkan tujuan pembuatannya media EMB Agar
merupakan media selektif diferensial untuk menubuhkan bakteri gram negatif dari
golongan Enterobacteriaceae.
· Media EMB
Agar yang masih berupa serbuk memiliki warna ungu berbentuk serbuk dan media
yang sudah jadi berwarna ungu gelap dengan konsistensi padat.
· Berdasarkan jenisnya media EMB Agar merupakan media
plate, karena dicetak di dalam petridisk steril.
· Media EMB
Agar memiliki pH asam yaitu pH 6.8 ± 0,2.
·
Fungsi Media Eosin Methylene Blue Agar
Secara umum
media EMB agar adalah media isolasi untuk membedakan bakteri Enterobacteriaceae.
EMB Agar adalah media yang digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya bakteri
coliform di dalam suatu sample. Media Eosin Methylene Blue Agar ini mempunyai
keistimewaan mengandung laktosa dan berfungsi untuk membedakan mikroba yang
memfermentasikan laktosa seperti S. aureus, P. aerugenosa,
dan Salmonella. Mikroba yang memfermentasi laktosa menghasilkan
koloni dengan inti berwarna gelap dengan kilap logam. Sedangkan mikroba
lain yang dapat tumbuh koloninya tidak berwarna. Fungsi dari eosin dan metilen
blue membantu mempertajam perbedaan warna. Namun demikian, jika media ini
digunakan pada tahap awal, kuman lain bisa juga tumbuh terutama P.
Aerugenosa dan Salmonella sp. Hal ini dapat menimbulkan
keraguan. Bagaiamanapun media ini sangat baik untuk mengkonfirmasi bahwa
kontaminan tersebut adalah E.coli. Media ini berbentuk padat
berguna untuk menjaga sel tidak berpindah tempat sehingga akan mudah dihitung
dan dipisahkan jenisnya ketika tumbuh menjadi koloni. Media padat juga
menampakkan difusi hasil metabolit bakteri sehingga memudahkan dalam pengujian
suatu hasil metabolit.
- Komponen Media EMB Agar
Komposisi dari EMB Agar secara umum
terdiri dari sumber nutrisi atau zat makanan dan komposisi media pertumbuhan.
Salah satu media EMB Agar yang diproduksi oleh pabrik yang biasa digunakan di
laboratorium adalah media EMB Agar dengan merk Oxoid CM0069, terdiri dari
komponen :
Peptone
: 10.0 g/L
Lactose
: 10.0 g/L
Dipotassium hydrogen phosphate
: 2.0 g/L
Eosin
: 0.4 g/L
Methylene blue
: 0.065 g/L
Agar
: 15.0 g/L
- Fungsi Komponen Penyusun Media
Adapun fungsi
dari masing-masing komponen tersebut adalah sebagai berikut :
1. Pepton 10 g
Peptone adalah produk hidrolisis protein hewani atau nabati seperti otot, liver,
darah, susu, casein, lactalbumin, gelatin dan kedelai. Komposisinya tergantung
pada bahan asalnya dan bagaimana cara memperolehnya. Sebagai sumber protein
untuk mikroorganisme yang akan dibiakkan.
2. Lactose 10 g
Laktosa dan berfungsi untuk memisahkan bakteri yang
memfermentasikan laktosa seperti E.coli, dengan bakteri yang tidak
memfermentasi laktosa seperti S. aureus, Pseudomonas aeruginusae, dan
Salmonella. Berfungsi sebagai sumber karbohidrat untuk pertumbuhan
mikroorganisme.
3. Di-potassium
hydrogen phosphate 21 g
Merupakan
garam yang sangat larut dalam air. Bahan ini berfungsi sebagai pupuk, makanan aditif dan zat penyangga.
4. Eosin 0.4 g
Berfungsi sebagai indikator warna.
5. Methyline blue
0.06 g
Berfungsi sebagai Indikator warna.
6. Agar 15 g
Agar (dari rumput laut) yang berfungsi untuk pemadat media. Agar sulit
didegradasi oleh mikroorganisme pada umumnya dan mencair pada suhu 45⁰C.
- Perhitungan
Perhitungan dalam pembuatan media EMB Agar sangat
diperlukan untuk membantu dalam penimbangan dan pelarutan media yang dibuat
dengan volume tertentu. Penimbangan diperlukan agar komposisi media yang dibuat
tepat, tidak berubah dan tetap dapat berfungsi baik dan sama walaupun dibuat
dalam volume berbeda.
Dalam kemasan media EMB Agar yang diproduksi oleh
pabrik telah tertera standar penimbangan dan pelarutan media. Seperti pada
media dehidrasi EMB Agar merk OXOID CM0069 standar penimbangan dan pelarutan
yang diberikan adalah 37, 5 gram dalam satu liter. Jika ingin membuat
media dengan volume berbeda baik lebih besar maupun lebih sedikit dapat
dikonversi menggunakan rumus sebagai berikut: V1/W1=V2/W2
Dengan V1 dan
W1 merupakan volume dan berat dari standar penimbangan dan pelarutan
yang diberikan oleh perusahaan yang memproduksi media, sedangkan V2 dan
W2 merupakan volume pelarutan dan berat media yang akan ditimbang.
·
Penimbangan
Penimbangan
dilakukan dengan terlebih dahulu menyesuaikan dengan volume media yang ingin
dibuat. Jika sudah ditentukan berapa besar volume media yang ingin dibuat, maka
berat penimbangan dapat dihitung dengan perhitungan seperti di atas (V1/W1=V2/W2).
·
Prosedur
Pembuatan EMB Agar
Media EMB Agar
dapat dibuat melalui prosedur-prosedur sebagai berikut :
1. Semua APD digunakan dengan baik, benar, dan lengkap.
2. Disiapkan semua alat-alat dan bahan-bahan yang akan
digunakan.
3. Dipastikan semua alat dan bahan dalam keadaan siap
digunakan.
4. Ditimbang serbuk media EMB agar (sesuai dengan volume
yang dibuat, dengan rumus
.

5. Dipindahkan serbuk media EMB agar ke beaker glass,
lalu ditambahkan aquadest sesuai dengan volume, dipindahkan ke Erlenmeyer.
6. Dihomogenkan larutan dengan bantuan pemanasan dan
pengadukan.
7. Pelarutan tidak boleh sampai mendidih (pelarutan harus
sempurna sehingga tidak ada kristal yang tersisa).
8. Dicek pH larutan sesuai petunjuk media (pH= 6,8 ± 0,2)
pada suhu 250C.
9. Diperhatikan pengecekan suhu larutan saat pengecekan
pH media.
10. Ditambah NaOH 0,01 N jika pH larutan kurang basa dan
ditambahkan HCl 0,01 N jika pH larutan kurang asam.
11. Disterilisasi ±1210C (1 atm); ±15 menit.
12. Dibagi/ dimasukan kedalam petridisak steril yang sudah
disiapkan.
13. Dibiarkan media membeku dengan sempurna.
14. Dimasukkan media ke inkubator (±370 C), ±24
jam untuk uji kualitas media, dengan posisi petridisk terbalik.
(Merta, dkk., 2013)
- Uji Kualitas Media
Kualitas media harus diperiksa terlebih dahulu sebelum
media digunakan. Secara umum ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
menguji mutu media yang telah diuat, antara lain.
a. Secara visual
Secara visual dapat dilakukan dengan cara melihat warna, kekeruhan, dan
perubahan lain yang dapat dilihat, contohnya :
-
Bila warna media EMB berubah warna dari warna
standarnya yaitu ungu gelap. Jika hal ini terjadi patut dicurigai terjadi
pergeseran nilai pH. Untuk itu dapat nilai pH dapat diukur kembali menggunakan
alat ukur pH, seperti pH stik atau pH meter. Bila pH media berbeda ± 0,2 satuan
, maka media harus dibuat baru, atau dapat pula ditambahkan larutan basa
seperti NaOH jika kurang basa, atau larutan asam seperti HCl jika kurang asam.
b. Uji sterilitas
Uji sterilitas merupakan satu keharusan untuk mengetahui kualitas media
apakah masih layak digunakan atau tidak. Uji sterilitas ini dilakukan dengan
mengambil 5 % media dari setiap batch media yang dibuat. Kemudian
diinkubasi selama dua hari pada suhu 350 C. Bila terdapat
pertumbuhan lebih dari dua koloni kuman pada satu cawan petri atau lebih,
berarti seluruh media dari batch tersebut tidak dapat dipakai.
c. Penanaman kuman kontrol positif dan kontrol negatif
Kuman kontrol positif adalah kuman yang seharusnya
tumbuh pada media tertentu, sedangkan kontrol kuman negatif adalah kuman yang
seharusnya tidak tumbuh pada media tertentu.
- Nilai-nilai kritis dalam pembuatan madia EMB Agar ( Eosin Methylene Blue Agar)
1. Penimbangan bubuk media harus sesuai dengan volume
yang akan dibuat, maka dari itu dapat dibantu dengan perhitungan.
2. Pelarutan media jangan sampai mendidih karena dapat
merusak komposisi media, khususnya kandungan gula (laktosa), merubah pH media,
dan membuat media susah memadat.
3. Pengecekan pH media harus pada suhu 25 °C agar tidak
merusak indikator pH yang digunakan.
4. Proses sterilisasi harus tepat suhu, waktu dan tekanan
pada autoklaf agar media yang dibuat terhindar dari mikroorganisme yang tidak diinginkan.
5. Proses pengerjaan harus cepat dan tepat, khususnya
saat media akan dituang ke petridisk, agar media tidak memadat sebelum
dipindahkan ke petridisk.
6. Penuangan media ke petri disk harus pada kondisi
steril yaitu melalui proses fiksasi.
7. Media diinkubasi selama ± 24 jam, dengan posisi
petridisk terbalik, untuk menyediakan sirkulasi udara yang baik untuk
pertumbuhan bakteri, dan agar uap air yang berkondensasi menjadi tetesan air
tidak jatuh ke permukaan media dan menyebabkan kontaminasi.
8. Jika tidak digunakan media harus disimpan terhindar
dari sinar matahari langsung dan disimpan di dalam kulkas pada suhu 20
– 80 C.